Wednesday, July 18, 2007
How can I pretend that I don't now what's going on?
Di Bandung, kota sejuk yang nyaman itu, masih juga banyak anak-anak gelandangan di setiap simpang jalan dan lampu merah pusat kotanya. Yang ngamen, yang minta-minta, yang nge-lap kaca mobil, banyak..!
Di Jakarta? Jangan tanya. Gelandangan yang kategorinya paling lengkap memang ada di sini. Dari manusia yang umur 1 hari sampai kakek nenek jompo juga ada.
Waktu hari Sabtu (14/7/2007) kemarin saya liputan di Ancol, banyak anak-anak yang tampak "bersih" penampilannya, dikawal lengkap oleh orangtua mereka, jalan-jalan di Pasar Seni. Lalu singgah buat ikutan lomba menggambar di sana. Antusiasnya bukan main! Saya tidak pernah lupa dengan binar matanya Beatrice, anak umur 3 tahun yang sibuk mewarnai waktu itu.
Sebenarnya, anak-anak gelandangan juga punya binar mata yang sama ketika mereka antusias menerima uang kertas ribuan rupiah dari tangan kita.
Kadar pola pikirnyanya sungguh seperti jurang dan pegunungan. jauuuuhhh..banget!
Penanganan pemerintah untuk anak-anak Indonesia yang kurang beruntung ini, memang terkesan terpenggal-penggal. Depsos sibuk ama kampanye hak kesejahteraan hidup bagi anak. Depdiknas sibuk sendiri dengan program Wajib Belajar 9 Tahun dan program BOS nya. Departemen Kesehatan, sibuk sorangan ngurusan kebutuhan gizi anak-anak ini.
Bayangkan, ada 3 departemen yang mengurusi hak anak. Belum lagi, ditambah dengan LSM-LSM Perlindungan Anak. Hmmm..banyak ya! sayangnya, mereka sibuk sendiri-sendiri, berlomba-lomba bikin program unggulan supaya dapet perhatian presiden dan perhatian dunia. Biasaaalaahh..egoisme Departemen masing-masing kan pasti jadi motivator kuat untuk masalah ini.
Sementara itu, program bantuan yang datang luar negeri, udah pasti lebih bagus. Tapi banyak dicurigai juga mengambil keuntungan "terpendam". Jadi, mustinya cara paling jitu adalah kurangi angka kelahiran dan pikirkan biaya pendidikan dan biaya hidup yang jadi hak anak itu. Jika belum bisa terpenuhi, jangan "bikin" anak duluuuuuu.
Jangan lagi pake semboyan ,"Banyak anak, banyak rejeki."
Kuno banget sih looo..!!! Pikirkan juga secara berimbang tentang hak anak-anak kalian nantinya. Supaya Indonesia tidak terlalu lama jadi negara konsumen dan negara produsen yang terjajah terus menerus.
Untuk anak-anak Indonesia, "Selamat hari Anak Nasional, semoga kalian menjadikan Indonesia lebih baik lagi, lebih trendy lagi, dan lebih berkuasa atas separuh lebih wilayah Asia Tenggara."
Catatan: yang disebut sebagai anak adalah (manusia usia 0 s/d 17 tahun).
Writer : Ayu N. Andini
Di Jakarta? Jangan tanya. Gelandangan yang kategorinya paling lengkap memang ada di sini. Dari manusia yang umur 1 hari sampai kakek nenek jompo juga ada.
Waktu hari Sabtu (14/7/2007) kemarin saya liputan di Ancol, banyak anak-anak yang tampak "bersih" penampilannya, dikawal lengkap oleh orangtua mereka, jalan-jalan di Pasar Seni. Lalu singgah buat ikutan lomba menggambar di sana. Antusiasnya bukan main! Saya tidak pernah lupa dengan binar matanya Beatrice, anak umur 3 tahun yang sibuk mewarnai waktu itu.
Sebenarnya, anak-anak gelandangan juga punya binar mata yang sama ketika mereka antusias menerima uang kertas ribuan rupiah dari tangan kita.
Kadar pola pikirnyanya sungguh seperti jurang dan pegunungan. jauuuuhhh..banget!
Penanganan pemerintah untuk anak-anak Indonesia yang kurang beruntung ini, memang terkesan terpenggal-penggal. Depsos sibuk ama kampanye hak kesejahteraan hidup bagi anak. Depdiknas sibuk sendiri dengan program Wajib Belajar 9 Tahun dan program BOS nya. Departemen Kesehatan, sibuk sorangan ngurusan kebutuhan gizi anak-anak ini.
Bayangkan, ada 3 departemen yang mengurusi hak anak. Belum lagi, ditambah dengan LSM-LSM Perlindungan Anak. Hmmm..banyak ya! sayangnya, mereka sibuk sendiri-sendiri, berlomba-lomba bikin program unggulan supaya dapet perhatian presiden dan perhatian dunia. Biasaaalaahh..egoisme Departemen masing-masing kan pasti jadi motivator kuat untuk masalah ini.
Sementara itu, program bantuan yang datang luar negeri, udah pasti lebih bagus. Tapi banyak dicurigai juga mengambil keuntungan "terpendam". Jadi, mustinya cara paling jitu adalah kurangi angka kelahiran dan pikirkan biaya pendidikan dan biaya hidup yang jadi hak anak itu. Jika belum bisa terpenuhi, jangan "bikin" anak duluuuuuu.
Jangan lagi pake semboyan ,"Banyak anak, banyak rejeki."
Kuno banget sih looo..!!! Pikirkan juga secara berimbang tentang hak anak-anak kalian nantinya. Supaya Indonesia tidak terlalu lama jadi negara konsumen dan negara produsen yang terjajah terus menerus.
Untuk anak-anak Indonesia, "Selamat hari Anak Nasional, semoga kalian menjadikan Indonesia lebih baik lagi, lebih trendy lagi, dan lebih berkuasa atas separuh lebih wilayah Asia Tenggara."
Catatan: yang disebut sebagai anak adalah (manusia usia 0 s/d 17 tahun).
Writer : Ayu N. Andini
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment