Friday, January 25, 2008

Eksotika Hidangan Bali

Putih pasir pantai Kuta dan sejuk hijaunya pemandangan sawah di Ubud merupakan sebagian kecil daya tarik dari Bali. Kekentalan tradisi yang menghidupi masyarakat di Bali, selalu menjadi bahan yang tak habis menariknya untuk dinikmati dan dipahami.

Walaupun telah terjadi beberapa tragedi buruk yang memberikan pengaruh signifikan bagi terang redupnya industri pariwisata di Bali, namun mata rantai keindahan di sana seperti tak pernah berujung. Ketangguhan Bali sebagai pusat wisata Indonesia yang terkenal di seluruh dunia, telah banyak teruji. Strategi promosinya tak pernah surut berhenti.

Kegiatan promosi wisata yang diselenggarakan oleh Aryaduta Hotel Jakarta pada tanggal 13 s/d 17 Maret 2006 lalu, turut mengangkat salah satu sudut eksotik milik pulau Dewata ini. Acara “Promosi Makanan Bali” di JP Bistro Restaurant – Aryaduta Hotel Jakarta memberikan lebih dari 60 macam hidangan istimewa racikan “guest chef” Ketut Sukarta yang sengaja didatangkan dari Grand Hyatt Bali.

Secara garis besar, Ketut Sukarta membaginya dalam dua kelompok besar, yaitu hidangan yang berhubungan dengan berbagai upacara adat di Bali dan hidangan yang biasa dikonsumsi setiap hari oleh masyarakat Bali.

Hidangan Pada Saat Upacara Adat di Bali

Tradisi yang melekat erat pada urat nadi kehidupan masyarakat Bali, tampak pada berbagai upacara adat yang acapkali dilaksanakan. Dari mulai upacara kelahiran bayi hingga pada acara rutin di tempat-tempat persembahyangan umat Hindu, orang-orang Bali telah terbiasa untuk menyajikan berbagai hasil bumi sebagai simbol dari rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa terhadap anugerah dan berkah yang mereka terima.

“Setiap saat jika kami ada upacara di pura, masyarakat Bali selalu memberikan persembahan yang berupa hasil-hasil bumi yang dirancang sedemikian rupa sehingga bentuknya menarik dan hati kita jadi senang untuk datang ke tempat persembahyangan. Setelah upacara adat, ada acara makan-makan bersama juga. Nah, kami membuat persembahan yang istimewa juga supaya ada yang bisa dikonsumsi setelah upacara. Makanan yang dimasak misalnya, lawar, sate lilit, dan babi guling, yang dimakan dengan nasi. Itu masuk ke menu utama/main course. Ada juga dessert nya yaitu pisang rai dan klepon yang juga kami sajikan untuk acara hajatan dan upacara adat lainnya,” papar Ketut Sukarta.

Menu utama yang biasa disajikan pada saat upacara adat, salah satunya yaitu lawar. Lawar sebenarnya adalah sebutan untuk sejenis racikan bumbu khas Bali yang biasanya dicampurkan dengan berbagai sayuran. Dari sana, muncul banyak kreasi masyarakat yang mulai mencampur lawar ini dengan daging sapi dan babi.

Mengenai lawar, Ketut berpendapat, “Basic dari lawar adalah sayuran yang kita inginkan sesuai selera, seperti kacang panjang, nangka, kelungah (buah kelapa yang paling muda). Selain itu juga ada lawar babi dan lawar sapi. Yang penting itu, bumbu lawarnya.”

Pada hari pertama “Promosi Makanan Bali” siang itu, dihidangkan jenis lawar yang terbuat dari sayuran. Lawar kacang panjang.

Cara memasaknya, kacang panjang yang telah matang direbus, diiris tipis-tipis. Sedangkan bumbunya dihaluskan lebih dahulu dan ditumis hingga matang. Setelah aromanya tercium harum, lalu didinginkan. Kemudian masukkan irisan kacang panjang dan aduk hingga merata dengan bumbu lawarnya, lalu tambahkan sedikit perasan jeruk limo. Rasanya memang menjadi lebih gurih dan wangi.

“Ciri khas masakan ini ada pada bumbu kencurnya yang dominan. Disamping itu, kemiri juga dipakai sebagai pelengkap,” ujar Ketut berbagi rahasia resep lawar kacang panjang.

Beralih ke deretan tungku kecil, tersaji menu Ayam Bakar Bali.

“Menu Ayam Bakar Bali selalu identik dengan celebration. Pada upacara kelahiran anak, atau sembahyang ke pura, kami selalu menyajikan ayam bakar ini. Bumbunya pakai kencur dan terasi. Daging ayamnya direndam dalam bumbu dulu, kemudian diberi olesan campuran bumbu kencur dan terasi itu,” ujar Ketut.

Selain itu, ada menu yang dikenal dengan sebutan Tum bebek. Ketut mendeskripsikan bahwa, “Hidangan ini ada hubungannya dengan upacara keagamaan. Karena selalu tersaji pada setiap upacara adat, masyarakat Bali tidak asing lagi untuk membuatnya. Menu ini dibuat dari daging bebek yang dicincang halus, kemudian dibubuhi bumbu genep Bali. Dibungkus dengan daun pisang, lalu dikukus hingga matang.”

Yang dimaksud dengan bumbu genep di sini adalah bumbu yang lengkap. Terdiri dari beberpa bumbu khas masakan Bali yaitu cabe, terasi, kencur, bawang merah, dan jahe. Selain itu ada pula lada, daun kemangi, daun jeruk, sereh (lemon grass), laos, dan bawang putih. Semuanya adalah rangkuman semua bumbu yang sering dipakai pada masakan Indonesia.

Pada meja yang sama, terhidang menu Babi Guling. Salah satu menu utama yang juga disajikan pada upacara-upacara adat Bali ini punya keunikan kombinasi rasa. Babi guling dipanggang utuh bersama bumbu daun singkong yang dimasukkan ke dalam rongga perutnya. Mengenai keunikan cara masaknya, Ketut memaparkan, “Tujuannya adalah agar kita tidak perlu repot memasak sayuran lagi. Cukup kita titipkan sayuran ini dalam perut babi guling. Jadi, sayurnya bisa matang bersamaan dengan daging babinya. Babi guling selalu disuguhkan dalam upacara keagamaan, upacara kelahiran anak, sampai ke tempat persembahyangan.”

Dalam deretan belanga-belanga kecil, terdapat aneka sambal sebagai sajian penambah aroma dan pembangkit selera makan para penikmat menu-menu makanan Bali. “Ini sambal mentah, sambal ini hanya ada di Bali. Sejarahnya, pada jaman dulu, ketika masyarakat Bali masih sulit mendapatkan daging hewan selain ikan, dan kehidupan sehari-harinya masih sangat sederhanan dan bergantung pada hasil pertanian dan kebun-kebun kecil yang ada dipekarangan rumah, muncullah inisiatif untuk membuat racikan sambal mentah ini. Sambal ini dibuat dari irisan-irisan cabe merah, bawang merah,dan sereh (lemon grass) kemudian diaduk rata sambil dibubuhkan sedikit garam. Menurut resep aslinya, menggunakan sedikit minyak kelapa yang beraroma daun papaya dalam campurannya. Tapi bisa juga pakai minyak goreng biasa. Terakhir, berikan juga sedikit perasan jeruk limo,” ucap Ketut bercerita panjang lebar. Sambal mentah, sambal cuka, sambal kecap, disiapkan untuk dinikmati dengan aneka pilihan menu utama.

Pada stole terpisah, dihidangkan aneka buah tropis yang dirangkai dalam sebuah gedogan setinggi ±50 cm. Ada pula aneka penganan manis yang disajikan di atas rangkaian janur dari daun kelapa. Ada Pisang Rai, Klepon, Dadar Gulung, Kue Apem, Onde-onde, Kue Lapis, dan lain-lain. Warna-warninya mengundang selera. Ketut yang siang itu menjadi pemandu wisata kuliner RESTO, menjelaskan, “Ini adalah jajan pasar. Termasuk sebagai suguhan dalam upacara agama. Selain buah yang dirangkai dalam satu gedogan, di atasnya ditaruh pula aneka jajan pasar ini. Tujuannya tidak lain adalah utk mengucap terima kasih pada Yang Maha Esa.”

Pisang Rai, penganan khas Bali yang dibuat dari pisang berbalut adonan tepung dan direbus dalam air mendidih hingga matang. Setelah itu, diberi baluran kelapa muda yang diparut. Cita rasanya manis dan gurih.

Hidangan Khas Bali yang Dikonsumsi Sehari-hari

Disamping menu yang berhubungan dengan upacara-upacara adat dan keagamaan, ada juga beberapa resep warisan yang diturunkan pada olahan-olahan makanan sehari-hari bagi masyarakat Bali. Tambusan be Pasih, adalah sajian lauk pauk yang dibuat dari daging ikan kakap dengan campuran daun kemangi dan daun jeruk. Dibungkus dengan daun pisang, lalu dimasak matang di atas bara api. Aroma yang menyeruak adalah wangi daun kemangi. Daging ikan menjadi lembut dan gurih, sedap disantap dengan nasi panas dan tambahan sambal mentah atau acar wortel.

Selain itu, menu klasik lainnya adalah Timun Mesanten. Mengenai menu sayuran ini Ketut menyatakan, “Ini resep klasik. Supaya buah ketimun bisa diolah bervariasi, dipakailah tambahan santan dan aneka bumbu didalamnya. Ketimun yang sudah dibuang bijinya, dibelah dua lalu diiris dan dimasak bersama bumbu dan santan kelapa. Hampir sama juga dengan menu Sayur Kacang Panjang, Cuma beda bahan baku sayurannya saja.”

Pencok Jagung, juga salah satu menu sayuran khas Bali yang disantap sebagai makanan sehari-hari. Ditinjau dari letak geografis, Bali memang tak berjauhan dengan bagian timur pulau Jawa. Hingga pengaruh pilihan makanannya pun mirip dengan jenis makanan utama yang ada di Madura. Menurut resep khas Bali, jagung sebagai bahan baku sayuran ini dimasak tumis dengan campuran bumbu kencur. “Karena ditinjau dari pendapatan masyarakat Bali pada waktu itu berasal dari hasil pertanian, maka aneka makanannya juga tidak luput dari apa yang dimiliki masyarakatnya,” ujar Ketut mengulas sedikit latar belakang resep warisan ini.

Eksotika wisata kuliner ini juga ada pada resep asli menu Kol Sejuk dan Ikan Asin. Hidangan ini dibuat dari daging ikan tuna yang dibakar dan campuran kuah pindang ikan dan saus yang terdiri dari irisan cabe, bawang putih goreng, bawang merah, dan perasan jeruk nipis.Cita rasa daging ikan tuna yang lembut dan gurih, dikombinasikan dengan kuah pindang, potongan sayuran kol putih dan sausnya yang asam pedas, dapat menggugah selera makan.

Deretan menu lainnya ada Ikan Kalas (sop ikan) yang dibuat dari campuran kuah bersantan dan daing ikan kakap merah. Ada pula Ayam Kelalah, suwiran daging ayam panggang yang dimasak dengan bumbu sambal terasi.

Terakhir, ada penganan manis yang disebut Bubur Injin. Terbuat dari ketan hitam hasil pertanian masyarakat Bali. Pada campurannya diberi gula dan disajikan dengan santan kental di tasnya. Begitu pula dengan Weton Bedil yang dibuat dari ubi jalar yang biasa tumbuh di kebun sekitar area rumah tinggal masyarakat Bali. Dua macam hidangan ini biasa disantap sehari-hari sebagai makanan penutup.

Ketut Sukarta berpendapat tentang hidangan Bali ini, “Dari tampilannya secara global, makanan yang berhubungan dengan upacara keagamaan itu yang cenderung dikategorikan sebagai hidangan eksotik. Karena penyajiannya yang unik. Memakai rangkaian daun pisang, atau pun janur. Itu yang bisa kita sebut dengan eksotik. Sedangkan dari segi cita rasanya, makanan Bali punya cita rasa eksotik dari cara memasak maupun campuran bumbu kencur dan sambal terasinya yang mendominasi pada hampir semua jenis makanan utamanya.”

Eksotika hidangan Bali sebagai kekayaan kuliner asli Indonesia, menjadi tawaran menarik bagi peminat wisata di seluruh penjuru dunia. Sebuah keindahan dan kenikmatan yang hanya berpulang pada selera setiap orang. Bagaimana dengan Anda?

Tulisan ini telah dimuat dalam sebuah majalah food and life style yang berkantor di Jakarta.

Writer: Ayu N. Andini
Photo by Ayu N. Andini
Photo Tittle: Bali Stole

Absolutely Korean



Korea, negara yang banyak dikenal sebagai tempat penyelenggaraan berbagai pertemuan dan turnamen olahraga tingkat dunia. Dari keindahan pemandangan dan warisan budayanya yang khas, Korea pun punya banyak tawaran istimewa untuk para turis yang datang ke sana.


Korea terletak di Semenanjung Korea, bagian timur laut dari benua Asia, dan berbatasan dengan bagian barat Pasifik. Sekitar 45 % wilayah Korea, ditetapkan sebagai wilayah yang subur dan dapat ditanami. Negara empat musim dengan banyaknya sungai panjang dan anak-anak sungai yang mengalir di daratan Korea, menjadi nilai tambah untuk tingkat kesuburan tanah dan kekhasan konsumsi makanan di sana.


Sedikit gambaran tentang Korea, dilukiskan oleh Hotel Borobudur dalam acara promosi masakan Korea dengan judul “Absolutely Korean”. Bekerja sama dengan J&S Indonesia, acara ini digelar di Bogor Café Hotel Borobudur Jakarta, pada tanggal 6 s/d 15 Maret 2006 lalu. Pada malam pembukaannya, dimeriahkan dengan suguhan tarian Korea dari para gadis berbusana hanbok. Busana tradisional Korea dari kain berwarna kuning, hijau, dan merah terang.


Dengan mengundang Park Su-Yong, seorang guest chef asli dari Korea, setidaknya akan mengantar Anda pada kenikmatan aneka menu makanan khas Korea. Sepanjang acara promosi ini, akan tersaji lebih dari 100 macam hidangan Korea di Bogor Café.


Dari deretan menu yang terhidang pada malam pembukaan tanggal 6 Maret lalu, tampak bahwa konsep yang akan diangkat oleh guest chef Park Su-Yong adalah empat kelompok besar menu populer dari Korea. Pertama, hidangan berbahan dasar ikan, kepiting, daging sapi dan ayam. Kedua, hidangan dari bahan dasar sayuran. Ketiga, hidangan dari bahan dasar ginseng. Dan terakhir adalah kelompok makanan manis dari olahan tepung beras dan kacang merah serta satu jenis minuman khas Korea.


Aneka Olahan Daging dalam Menu Spesial Korea

Dari resep rahasianya, Park Su-Yong menyajikan Steam Crab. Dibuat dari kepiting berbumbu yang direbus, diberi minyak wijen daan kecap konchou, serta taburan biji wijen di atasnya.


Ada pula Steamed Red Sea Bream. Dari ikan kakap merah segar yang di steam dan disajikan utuh dengan siraman racikan bumbu dari kecap kikoman dan minyak wijen. Terakhir, diberi taburan biji wijen pula di atasnya. Daging ikan kakap yang tebal, bertambah gurih dengan siraman saus khas Korea.


Untuk Beef Sweet and Sour Sauce, dibuat dari irisan daging sapi yang dimasak dengan dua macam saus. Saus asam dan manis, jadi kombinasi rasa yang unggul dari masakan ini. Racikan bumbu dari kaldu daging sapi, kecap kikoman, biji wijen, paprika, dan sedikit bawang putih, menambah aroma sedap masakan ini.


Hidangan utama lainnya adalah Sea Food Fried Rice Korean Style. Menu ini terbuat dari beras pilihan yang diolah dengan resep asli Korea. Terdiri dari campuran beberapa bahan dasar, antara lain telur, irisan cabe hijau dan cabe merah, bawang merah, potongan-potongan daging cumi dan udang. Menu nasi goreng memang sudah banyak dikenal di Indonesia, tapi ada aroma khas yang tidak bisa Anda temukan pada nasi goreng Indonesia, dan hanya ada pada nasi goreng bergaya Korea ini. Tercium aroma harum khas dari minyak wijen yang dipakai di dalam proses pematangannya.


Dry Archovies, jenis hidangan pengiring yang juga dinikmati dengan nasi hangat. Terbuat dari ikan-ikan teri kecil yang digoreng hingga matang dan ditumis bersama bumbu-bumbu lainnya. Tambahan paprika menambah sedap rasa dan kombinasi warna dari tampilan hidangan ini di meja makan.


Menu lainnya yang diolah dari bahan sea food adalah Fish Pa-Jun.


Adonannya terdiri dari campuran tepung, telur, baking powder, irisan daun kucai, dan potongan-potongan daging ikan, octopus (gurita kecil), serta udang. Cita rasanya yang gurih, cocok dinikmati dengan secangkir teh atau kopi panas. Agak mirip dengan rasa Bakwan Udang dari Indonesia. Tapi Fish Pa-Jun punya cita rasa sea food yang lebih dominan.


Variasi Menu Kimchi


Adat dan kebiasaan konsumsi makanan di Korea, beradaptasi dengan keadaan dan kondisi alam yang menghidupi mereka. Empat musim yang terus menerus berganti dalam setiap tahunnya, mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi masyarakat di sana. Pada awalnya, Kimchi adalah sejenis makanan yang dibuat pada musim gugur dan dikonsumsi ketika musim dingin tiba. Kimchi, resep yang turun temurun terpelihara dan berjalan hingga sekarang. Sebuah teknik pengawetan makanan yang juga menghasilkan jenis makanan dan memberikan banyak keuntungan bagi kesehatan tubuh yang mengonsumsinya. Dari proses fermentasi yang terjadi pada saat pembuatan Kimchi, ada banyak zat bermanfaat yang terkandung di dalamnya. Ada beberapa peneliti yang mengatakan, bahwa semakin sering kita mengonsumsi Kimchi, maka akan semakin jarang orang yang akan berobat ke dokter. Ada beberapa dugaan, bahwa Kimchi dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh seseorang bila mengonsumsi Kimchi secara teratur. Sebagian peneliti berpendapat pula bahwa Kimchi dapat mencegah serangan penyakit kanker.


Kimchi telah menjadi jenis makanan tradisional Korea yang terkenal ke seluruh dunia karena khasiat kesehatannya. Kimchi sebenarnya adalah sejenis campuran berbagai sayuran yang diasamkan. Biasanya sayuran yang diasamkan ini adalah ketimun oriental, daun bawang, kubis, dan lobak. Dalam acara promosi makanan Korea malam itu, Park Su -Yong menyajikan 4 jenis variasi olahan Kimchi. Sweet White Kimchi, varian Kimchi dari sawi putih. Kimchi Bar, juga saalah satu jenis Kimchi yang dibuat dari ketimun oriental. Spicy Cabbage Kimchi, dan Kimchi Zuchini ikut tersaji dalam deretan hidangan Kimchi malam itu.


Kimchi, biasa dikonsumsi bersama nasi putih dan lauk pauk. Bisa juga dimakan langsung tanpa tambahan makanan lainnya. Untuk kita yang tak terbiasa mengonsumsi Kimchi, akan sedikit terkejut dengan rasa kecut asamnya.


Makanan khas Korea dari bahan non hewani dan tergolong dalam deret menu utama adalah Jab Che. Ini jenis masakan yang juga menggunakan minyak wijen dalam proses pengolahannya. Memakai soun yang dibuat dari sari kacang hijau, dan dimasak dengan campuran paprika, dan sedikit bawang merah.

Appetizer dan Jus dari Ginseng Korea


Appetizer yang disajikan ini diolah dari bahan dasar ginseng putih asli Korea. Diberi nama, Ginseng Tempura. Dibuat dari ginseng putih Korea yang dicampurkan dengan adonan tempura, dan digoreng hingga matang. Disajikan lengkap dengan saus kecap manis bertabur biji wijen. Rasa ginseng yang agak pahit di lidah, dibuat menjadi gurih dan terasa lebih manis dengan racikan bumbu kecap penyertanya.


“We have many menu of ginseng. Ginseng tempura, ginseng satay, and ginseng salad,” ujar Park Su -Yong. Ginseng tak terlalu sering dipakai dalam olahan makanannya karena dianjurkan untuk tidak terlalu banyak mengonsumsi ginseng. Ginseng berfungsi untuk menghangatkan temperatur dalam tubuh. Biasanya lebih sering dikonsumsi pada saat musim dingin. Akan menjadi mabuk bila terlalu banyak menikmati ginseng di sini.


Seusai makan malam, para tamu disuguhkan Ginseng Juice. Minuman dingin yang dibuat dari sari ginseng dan ditambahkan sedikit madu untuk pemanis dan penambah aromanya. Rasanya malah jadi lebih mirip dengan susu kedele.


Penganan Manis Dari Korea


Bila dilihat dari tampilan-tampilannya, penganan manis asli Korea tak jauh berbeda dengan kue-kue tradisional dari Indonesia. Yang membedakannya hanya beberapa bahan dasarnya saja. Misalkan, untuk aneka Rice Cake yang tersaji, semuanya dibuat dari bahan yang sama yaitu tepung beras. Song Pyun, kue tepung beras berwarna hijau tua dan putih bersih ini dibuat dari adonan yang dibentuk setengah lingkaran dengan isi yang sama, kacang merah giling ditengahnya.


Kue tepung beras lainnya, berbentuk kubus-kubus kecil dengan baluran kacang giling halus dipermukaannya. Lalu, ada pula yang berwarna agak merah keunguan. Ini juga kue manis dari tepung beras yang dilumuri kacang merah tumbuk di atasnya.


Minuman manis yang dihidang dingin, juga tersedia di deret meja yang sama dengan penganan-penganan manis ini. Disebut, Cinnamon Punch. Minuman manis dengan aroma kayu manis yang dominan, semakin manis dengan taburan kacang dari biji bunga matahari di atasnya.


Sampai di sini, jelajah kuliner tak akan pernah berhenti mencoba segala cita rasa masakan dari berbagai negara. Korea, hanyalah salah satu dari untaian mutiara kekayaan kuliner dunia.


Tulisan ini telah dimuat dalam sebuah majalah food and life style yang berkantor di Jakarta.

Writer: Ayu N. Andini
Photo by Ayu N. Andini
Photo Tittle: Ginseng Juice

Tuesday, October 30, 2007

Turun ke Bumi


Tahukah kau?
Sayap yang sedang tumbuh itu,
sekarang harus kucabut dari punggungku.
Kini aku sedang membuang sebagian dari tubuhku.

Tahukah kau?
Dahulu...

Ketika tulang-tulang sayap itu baru menjadi tunas,
ada rasa sakit yang luar biasa.

Tahukah kau?
Helai-helai bulunya tumbuh
dari semua mimpi dan harapanku.

Tahukah kau?
Telah ada sebuah peta kugambarkan untuk perjalanan ini.

Tahukah kau?
Aku tetap memutuskan untuk terbang tanpa sayap.
Terbang meluncur tak berteman peta
bukan menuju langit.
Mencapai jurang gelap.
Meninggalkan semua kegelisahan dan
Berteman akrab dengan hasrat yang carut marut.

Bagiku, diammu adalah jawaban
atas semua kesia-siaan waktu dan musim.

Baiklah..
Kini aku pergi,
untukMu.


Writer: Ayu N. Andini
Image tittle: Tears of heaven..
(Taken from Talaria website)

Monday, September 24, 2007

My Progress

Setidaknya, belalang bisa tahu
mana rumput yang rasanya lebih manis di mulut.

Setidaknya, tikus tanah juga bisa merasakan
kapan matahari akan datang.

Setidaknya, kutu-kutu busuk
juga bisa memilih kursi mana yang empuk untuk didiami.


Setidaknya, alam mengenalku
walaupun kami tidak terlalu akrab.

Aku selalu punya cara sendiri untuk bisa merasakan cintanya,
yaitu dengan memberikan semua cintaku padanya.

Kepada Tuhan,
terima kasih atas semua berkahmu.

Aku tahu,
walaupun orang lain selalu bilang aku ini beruntung,
tapi aku bisa mengerti itu.

Mereka tak terlalu mengenalku...
cuma Kau yang mengenalku dengan sangat baik.
Sejak Kau tulis namaku dalam buku kehidupan dan kematian.

Writer: Ayu N. Andini
Photo by Ayu N. Andini
Photo Tittle: Into The Gate

Monday, September 17, 2007

Jika Insting yang Menang


Karunia yang diberikan, kadang tak jadi perhitungan
untuk disadari dan patut disyukuri..

Manusia diberi otak dengan jutaan jumlah sel.
Manusia dikaruniai insting yang hingga sekarang,
tak kutahu dimana tempatnya.

Apakah insting itu ada di otak,
atau dia hanya ada di hati..?

Insting banyak muncul ketika manusia berada dalam posisi terdesak...
Apakah karena lapar maka ia harus membunuh?
Apakah karena miskin tak berharta maka ia harus menipu?
Apakah karena cinta dan hasrat maka ia harus mulai belajar berdusta?

Jika jawabannya adalah : iya,
maka insting yang menang.
Kejujuran dan kebaikan,
boleh hengkang selamanya dari sini?

Kalau itu yang terjadi, maka akulah yang mati.




Writer : Ayu N. Andini
Photo by Ayu N. Andini
Photo Tittle : The Victim

Wednesday, September 12, 2007

Great Ramadhan Greetings



Image are designed by image trailer chef
Writer: Ayu N. Andini

Monday, September 10, 2007

Musim Bercinta



Musim kemarau,
membiarkan pohon mangga berbunga lebat
membiarkan matahari menari lebih lebih lama
kerlip sinarnya menyambar memedihkan pandangan mata
hinggap di atas tanah hingga mengeras membatu
datang ke ujung-ujung daun jagung yang menguning
mengundang serta musim meranggas singgah
di pohon akasia pingiran jalan.

Tak perlu kemarau berlama-lama mengundang angin pancaroba,
ia akan menyapa daun-daun pohon jati
melibas batang-batang tua pohon sekitar pantai
juga mengantarkan sakit flu ke setiap kulit yang dibelainya.

Awan abu-abu bergulung
membungkus dan menggelapkan bumi
mengusir matahari.

Hujan datang ke celah-celah tanah,
pada daun-daun perdu,
menyiksa batu-batu di sungai,
dan merontokkan kembang-kembang rambutan
yang sedang mekar.

Tak ada musim semi yang anginnya sejuk
dengan salju yang mencair, matahari hangat,
dan mekarnya bunga-bunga tulip dan crysant.

Kita cuma bisa bercinta di dua musim.
Ketika bumi basah dan ketika matahari marah.

Semoga,
kelak anak kita akan semanis musim semi,
sehangat dan seterang matahari,
juga setegar batu yang kerap disiksa hujan.


I Love You...M !

Writer : Ayu N. Andini
Photo by : Ayu N. Andini
Photo Tittle: The Full Colour of Banyuwangi

Sunday, September 09, 2007

Slowdown Baby...
















Baru tadi pagi kau ajak ku berkenalan
Lalu siang hari kau mulai ajak ku berkencan
Hingga waktu malam tiba,
kau ucapkan yang tak kuduga
Sungguh sulit ’tuk percaya,
kau nyatakan cinta !!

No! No! No ! No! Tunggu dulu!
Cinta jangan buru-buru
Karena kurasa terlalu cepat
Ku takut semua palsu!

No! No! No! No! Tunggu dulu
Cinta jangan buru-buru
Masih ada banyak waktu
Biarkan cinta mengalir!!

Slowdown baby..
Take it eazy,
Just let it flow !!!!

Ilustration text taken from SHE lyrics
Image Tittle : Slowdown baby...
Photo by Ayu N. Andini