Thursday, November 09, 2006

Si Cokelat


Theobroma Cacao, tidak banyak yang tahu tentang riwayat hidup cokelat. Padahal si cokelat sudah digemari hampir di seluruh dunia.


Writer: Ayu N. Andini
Photo by Ayu N. Andini

Dari yang bernama Cokelat

Theobroma Cacao, nama latin dari pohon cokelat. Sama artinya dengan “makanan para dewa”. Sejarah perkenalan manusia dengan cokelat, dimulai oleh masyarakat suku maya sejak tahun 1500 SM s/d 400 M. Pada masa itu, biji coklat sangat berharga dan digunakan sebagai persembahan atau sesaji untuk para dewa dalam berbagai upacara adat dan keagamaan. Biji coklat mulai dibudidayakan di sana dan para petani suku Maya membawanya ke pasar rakyat dengan menaiki perahu kecil, dikemas dalam keranjang-keranjang besar, menyewa para kuli angkut dan membawanya pergi ke Meksiko.
Disebut dengan nama xocoatl (dalam bahasa suku Aztec) yang kemudian oleh orang Indian di Meksiko disebut chocolat. Turunan dari kata choco yang artinya campuran, dan atl yang artinya air. Karena pada awalnya cokelat hanya dikonsumsi sebagai minuman. Dan kebiasaan ini berlangsung selama ribuan tahun.
Ciocolata”, kata orang Italia. Dan Turkey menyebutnya dengan nama Pikolata. Pohon buah tropik ini tumbuh di Amerika Tengah sejak jaman pra sejarah dan hidup di tanah Amerika Selatan, Afrika, serta beberapa tempat di daratan Asia. Buah cokelat berkualitas baik, tumbuh subur di wilayah 20 derajat pada garis Lintang Katulistiwa. Sebut saja Ghana, Brazil, dan Indonesia : tiga negara produsen biji cokelat terbanyak dengan kualitas terbaik di dunia. Tapi sayangnya, hanya sampai pada level ini. Untuk kuantitas konsumen terbanyak, ada di Swiss, Jerman, Belgia, Denmark, Inggris, dan beberapa negara Eropa lainnya. Sedangkan Indonesia, hanya mencapai angka 0,1 kg per orang untuk tingkat konsumsi cokelat per tahunnya (sumber data tahun 1998: Pasar Cokelat - Tulip The Embassy of Chocolate).
Louis Tanuhadi, National Business Development Manager of Tulip Chocolate, berpendapat, “Dari rendahnya tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap cokelat, berarti ini peluang besar bagi industri cokelat dalam negeri untuk membangun dan mengembangkan pasarannya. Dimulai dari dalam negeri dulu. Sekarang Indonesia hanya dikenal sebagai penghasil biji cokelat terbesar ke-3 di dunia. Tidak lebih dari itu. Tulip Chocolate adalah sebuah perusahaan cokelat yang berasal dari Indonesia yang selalu concern untuk membesarkan dan mengangkat industri coklat di dalam negeri dan di dunia.”
Duduk di peringkat ke-3 sebagai penghasil biji cokelat terbesar di dunia, masih ada banyak yang harus diperhitungkan Indonesia. Menyinggung masalah kuantitas cokelat dan kualitas cokelat, Indonesia harus banyak bercermin pada beberapa kasus penurunan jumlah produksi di negara-negara lain. Selain serangan hama “witch’s broom” di Brasil, kasus kurangnya peremajaan terhadap pohon cokelat di Ghana pun diduga menjadi penyebabnya. Louis memaparkan, “Sudah terjadi penurunan tingkat produksi biji cokelat di Ghana (daratan Afrika). Ini karena kurangnya kepedulian pemerintah juga. Masyarakat disana pernah terbiasa “menjual hijau” hasil panen cokelatnya kepada para tengkulak. Harganya jadi jauh lebih murah. Tapi sekarang, para petani di sana sudah mulai dididik untuk tidak menjalankan praktek “jual hijau” ini. Jadi, hasil panen cokelat pun diperam, istilahnya difermentasikan. Ketika dijual, harganya bisa naik sampai tiga kali lipat. Biji cokelat dari Afrika memang terkenal karena aromanya yang sangat wangi.”

Kejutan dari Cokelat
Jika Anda termasuk orang yang takut gemuk, maka Anda tidak perlu takut untuk mengkonsumsi cokelat. Karena ternyata cokelat mengandung banyak kejutan! Kandungan stearat (lemak jenuh) pada lemak cokelat adalah lemak nabati yang sama sekali tidak mengandung kolesterol. Cokelat juga punya kemampuan untuk menghambat oksidasi kolesterol jahat (LDL) dalam darah, karena kandungan asam oleatnya (sejenis asam lemak tak jenuh) dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan mencegah resiko penyakit jantung koroner dan kanker.
Selain itu, di dalam cokelat ada katekin. Senyawa antioksidan yang berguna untuk mencegah penuaan dini karena pengaruh polusi dan radiasi. Katekin dalam cokelat lebih tinggi kadarnya daripada katekin yang ada dalam teh. Cokelat baik untuk kesehatan kulit tubuh. Dengan alasan ini, maka cokelat sama sekali bukan penyebab timbulnya jerawat.

Metamorfosis Cokelat
Cokelat lebih banyak dikenal masyarakat sebagai makanan manis berprotein tinggi. Cokelat, ada di dalam roti sarapan pagi, ada pada adonan cake, dan ada pada batang-batang manis dalam kemasan (lebih akrab disapa: Silverqueen, Cadbury, Delfi, dan Toblerone). Cokelat, bisa menjadi macam-macam bentuk gula-gula. Cokelat juga ada pada berbagai minuman, bahkan ada pada pemulas bibir yang mungkin sedang Anda pakai sekarang.
Louis Tanuhadi memaparkan secara singkat proses pembuatan cokelat, “Setelah biji-biji cokelat dibersihkan dan di breaking hingga yang diambil itu hanya coco nibs nya saja. Coco nibs ini melewati proses alkalising, pemanggangan (roasting), dan penggilingan (grinding dan refining), dan diperoleh yang disebut dengan liquor. Setelah mengalami liq tempering, liquor ini menghasilkan tiga jenis cokelat, yaitu cocoa liquor in block, cocoa powder in block, dan untuk liquor yang diproses, di cake, breaking, mixing, dan pulvering. Dari proses terakhir ini dihasilkan cocoa powder in bags. Yang banyak dijadikan sebagai bahan obat-obatan (anal medic dan penurun panas tubuh) dan bahan baku pembuat kosmetik (lipstick/pemulas bibir) ini, adalah cocoa liquor. Jenis yang lain, banyak dipakai untuk bahan pembuat makanan.”
Ia menambahkan, “Tempat pengolahan biji cokelat hingga menjadi bentuk cokelat block, ditangani oleh General Food Industry (GFI). Tulip Chocolate adalah salah satu perusahaan distributor cokelat. Induk perusahaan kami adalah PETRA FOOD. Ini adalah induk perusahaan yang terkenal dan punya banyak anak perusahaan. Dan ada beberapa perusahaan consumer good, yaitu Chacha, Delfi, Silverqueen, Van Houten. Ini semua untuk kemasan yang masuk ke jalur-jalur pasar supermarket. Sedangkan untuk distribusi ke industri perhotelan dan industri-industri makanan, brand name nya pakai nama TULIP. Masih banyak yang belum tahu tentang ini.”
Banyak orang awam memahami bahwa cokelat yang jadi oleh-oleh dari luar negeri (misalnya dari Belgia, Jerman, Swiss, Perancis, Belanda, atau dari Inggris), rasanya lebih enak daripada cokelat produk dalam negeri. Keunggulan mereka memang ada pada resep dan bahan campuran lainnya yang mungkin saja kualitasnya juga jauh lebih baik daripada buatan Indonesia. Tapi selebihnya, negara-negara Eropa ini ternyata sangat menyukai biji-biji cokelat dari Indonesia karena kadar ph untuk tingkat keasamannya lebih rendah daripada biji-biji cokelat yang dihasilkan dari negeri mereka sendiri. “Kalau Anda sedang menikmati oleh-oleh cokelat dari Eropa, jangan lupa bahwa 20% dari bahan-bahannya berasal dari biji-biji cokelat asal Indonesia,” ujar Louis.

(Tulisan ini telah dimuat di sebuah majalah food&lifestyle yang berkantor di Jakarta)


Writer : Ayu N. Andini