Thursday, July 12, 2007

Menjadi Rahasia


Aku pernah tak paham tentang rahasia.
Yang pertama kali aku tahu, ada sesuatu yang tak terpahami. Dan itu hanya dipahami orang lain di luar diri dan tubuhku.
Dan bagi yang tahu ini, tak juga ingin membaginya denganku.

Sejak itu, aku sering memuaskan pikiran-pikiranku dengan kegiatan "mencari tahu". Lalu, tiba-tiba aku menjelma menjadi anak kecil yang sangat banyak bertanya. Seperti ketika pertama kalinya aku mengintip ibuku menangis tersedu-sedu di dalam kamar, sendirian. Kudekati dia, kupeluk dia, dan aku ikut menangis. Kutanya padanya, "Ada apa, ma?"

Tapi, tak pernah ada jawaban. Esoknya, aku tidak melihatnya menangis, tapi aku melihatnya tak bercakap-cakap lagi dengan ayahku. Wajah mereka, kecut bagiku. Tapi aku bertanya, "Kenapa, pa?
Dan tidak lama kemudian, ada bunyi piring pecah di ruang makan. Ibuku lari masuk ke kamar. Ayahku berdiri tegak, semua makanan di piringnya sudah berantakan di lantai.
Aku tidak paham, kenapa tak ada pertanyaanku yang ingin mereka jawab.

Tapi beberapa hari kemudian, kulihat mereka seperti hari-hari yang biasa. Bercakap-cakap saat makan siang dan makan malam, lalu ayahku menanyakan kegiatanku di sekolah. Dan kami tertawa bersama, waktu nonton video rekaman disko bola yang ayahku simpan di kaset VHS nya.

Akhirnya aku paham, karena jawaban atas pertanyaan-pertanyaanku hanya untuk mereka berdua saja.
Dan bukan buatku, perempuan kecil, usia sembilan tahun.

Itukah yang namanya rahasia? Apakah rahasia adalah sesuatu yang punya rasa, bau, dan dapat kurasakan halus kasar permukaannya? Bagaimana rupanya rahasia itu? Kapan aku bisa berahasia? Waktu itu, aku punya banyak pertanyaan. Tapi kusimpan saja, buatku. Apakah aku juga sudah berahasia? Apakah berahasia itu membuat dosa? Waktu itu, aku belum tahu.

Sekarang, aku menjadi si rahasia.
Yang digelapkan. Yang disembunyikan. Yang tak terkatakan.

Jangan tanya bagaimana rasanya menjadi si rahasia.
Karena aku akan menjawab:
rasanya seperti ditiup angin dingin musim kemarau.
rasanya seperti di tampar-tampar oleh gerimis.
rasanya seperti pohon karet yang ditoreh-toreh dan disadap getahnya,
lalu ditinggal jika getahnya mengering...

(karena menjadi rahasia, membuatku tak ingin melanjutkan hidupku terlalu lama..)


Writer : Ayu N. Andini
Photo by Ayu N. Andini
Tittle: Lonely

No comments: