Saturday, January 06, 2007
Perjalanan Hidup Hot Chocolate
Melalui catatan sejarah pada buku yang berjudul Ancient Chocolate Found in Maya "Teapot", oleh Bijal P. Trivedi, diterbitkan oleh National Geographics Society, 17 Juli 2002 dan dari buku berjudul Chocolate: an illustrated history, oleh Morton, terbitan F. Crown Publishers, tahun 1986, diperoleh data-data bahwa pada masa peradaban tertua di Amerika sekitar tahun 1500-400 SM, biji coklat mempunyai nilai guna yang besar sehingga dapat menjadi alat tukar yang bernilai tinggi. Biji coklat merupakan hadiah mewah untuk sesaji persembahan kepada para dewa dan berbagai upacara religi lainnya. Sebagai “makanan para dewa”, membuat manusia tidak lagi ‘berjarak’ dengan cokelat.
Kedekatan hubungan manusia dan cokelat mulai ditandai dengan dikonsumsinya biji cokelat ini sebagai minuman yang disebut “chocolatl” dalam bahasa Meksiko. Jenis minuman yang terbuat dari biji coklat yang dipanggang, dicampur dengan air, dan sedikit rempah-rempah.
Cokelat mulai dikenal di daratan Eropa pada masa imperialisme awal (tahun 1500-an), walaupun ketika Christopher Columbus membawa biji cokelat ke Eropa untuk pertama kali pada tahun 1502, mereka tidak tahu sama sekali kegunaan cokelat dan cokelat menjadi komoditi yang diabaikan.Ketika Hernan Cortez, seorang Jenderal dari Spanyol berhasil menaklukkan bangsa Aztec pada tahun 1519, ia mencicipi minuman cokelat untuk pertama kalinya. Kemudian menulis surat pada Raja Spanyol Charles V bahwa, “Minuman ini adalah minuman yang berharga, yang dapat membangkitkan semangat untuk bertempur dan tetap siaga. Satu cangkir minuman ini mampu membuat manusia bertahan satu hari tanpa makanan”.
Akhirnya Cortez kembali ke Eropa dan mengisi penuh kapalnya dengan biji coklat dan peralatan lengkap untuk membuat minuman ini. Sejak saat itu, manfaat cokelat tersebar ke berbagai negara Eropa seperti Spanyol, Perancis, dan Inggris, dan sebagian kawasan Amerika Utara. Tahun 1631, racikan minuman coklat yang pertama terbit di Spanyol, hasil kreasi Antonio Colmenero de Ledesma.
Ia adalah seorang dokter dari Andalusia dan selama ia mengunjungi Hindia Barat ia menaruh perhatian pada aspek diet dan efek psikologis dari minuman cokelat ini. Ia menyatakan, “Cokelat itu menyehatkan. Minuman ini membuat peminumnya “gemuk dan dapat meningkatkan konsentasi berpikir”.
Untuk wanita, minuman ini juga dapat meningkatkan kesuburan dan mempercepat proses pemulihan setelah melahirkan. Pada tahun 1640-an, minuman coklat mulai dicampur dengan gula dan menjadi minuman yang populer dikalangan orang-orang kaya di Spanyol. Ketika salah satu anggota keluarga kerajaan Spanyol menikah dengan keluarga kerajaan Inggris, cokelat menjadi mas kawin. Pembuat coklat kerajaan pun ditunjuk secara khusus dan popularitas cokelat semakin melesat.
Pada pertengahan abad ke-17, cokelat dinikmati dan menjadi popular di Inggris. Khususnya setelah Jamaika memberikan akses produksi biji cokelatnya kepada negara Inggris. Setelah cokelat diproduksi di Inggris, cokelat menjadi hidangan penutup setelah makan malam dan susu menjadi campuran tambahannya. Menginjak tahun 1656, hot chocolate telah menjadi jenis minuman eksotik di sepanjang wilayah Eropa. Queen’s Land Coffee House di Oxford, sudah mulai menyajikan minuman cokelat dan kopi pada tahun 1656 hingga abad 21 sekarang.
Perusahaan periklanan pemerintah disana pun membuat catatan bahwa, “Di Queen’s Head Alley, ada minuman terbaik dari Hindia Barat yang disebut hot chocolate, dijual, dan mudah dalam penyajiannya.”
Resep Paling Sederhana dari Cokelat
Resep minuman yang telah berumur ribuan tahun ini, mulai tersebar ke seluruh dunia. Kita mulai menggemari cokelat. Kemudahan-kemudahannya tidak hanya karena bahan baku cokelat yang makin gampang diperoleh, tapi juga karena resep ini adalah resep paling sederhana untuk menikmati cokelat.Resep hot chocolate pertama kali dibuat oleh suku Maya di Amerika Selatan.
Mereka membuat hot chocolate ini dari campuran biji cokelat yang telah ditumbuk halus, rhubarb (sejenis tumbuhan umbi-umbian), kemudian dicampur dengan air, madu, dan rempah-rempah, seperti kayu manis, cabe, dan vanilla. Dalam penyebaran biji cokelat ke daratan Meksiko, orang-orang yang tinggal di pusat dan wilayah selatan Meksiko, akhirnya jadi memiliki kebiasaan meminum hot chocolate dua kali dalam sehari selama setahun.
Pada hot chocolate nya ada gelembung busa (foam) yang masih terkenal hingga sekarang. Orang-orang Meksiko pun percaya bahwa ‘roh’ minuman ini ada pada foam nya. Gelembung-gelembung busa ini dibuat dengan alat dapur dari kayu yang disebut molinillo. Molinilli [moh-lee-NEE-oh], sejenis alat pengocok minuman cokelat ala meksiko. Resep hot chocolate ala Meksiko dibuat dari cokelat pahit bubuk, gula, kayu manis, garam, vanilla, telur, dan tambahan susu. Semakin banyak peminat hot chocolate di seluruh belahan dunia, resepnya menjadi semakin sederhana.
Dalam perkembangannya, pada kebanyakan restoran/kafe yang menyediakan hot chocolate, menggunakan resep yang terdiri dari cokelat bubuk siap seduh (dalam paket kemasan single), dan bisa ditambahkan susu menurut selera konsumen.
Di daerah Jakarta Selatan, BokaBuka Family Restaurant menyajikan menu hot chocolate dengan resep yang hampir sama. “Kami di sini menyajikan dua pilihan menu hot chocolate. Ada Regular Hot Chocolate dan Chocolatecinno. Regular Hot Chocolate dibuat dari susu coklat murni, dan tambahan Belcolate sekitar 4 sampai 5 keping, lalu di steam, dan dilarutkan. Dan Chocolatecinno, juga sama dari susu cokelat murni dan kepingan Belcolate serta tambahan foam dari susu murni yang putih, dan bubuhan palm sugar di atasnya,” jelas Windu, Operational Manager di BokaBuka Family Restaurant.
Tentang bahan baku cokelat dalam menu hot chocolate di tempatnya, Windu mengatakan, “Namanya, Belcolate. Ini cokelat dari Belgia. Bentuknya ada yang block/batangan, ada juga yang keping begini. Kami lebih memilih Belcolate kepingan karena dalam pemakaiannya lebih efisien. Selain itu, Belcolate kepingan lebih cepat lumer/mencair dan mudah larut daripada yang bentuknya blok. Belcolate ini adalah jenis dark chocolate. Mengandung kadar gula yang rendah. Rasanya memang tidak terlalu manis.”
Jika suatu saat Anda menikmati hot chocolate sendirian, hidangan minuman ini bisa menjadi sahabat dekat yang manis, menyenangkan, dan membuat pikiran kita menjadi lebih tenang. Kalau tidak percaya, silahkan mencoba.
(Tulisan ini telah dimuat di sebuah majalah Food & Life Style yang berkantor di Jakarta)
Writer : Ayu N. Andini
Kedekatan hubungan manusia dan cokelat mulai ditandai dengan dikonsumsinya biji cokelat ini sebagai minuman yang disebut “chocolatl” dalam bahasa Meksiko. Jenis minuman yang terbuat dari biji coklat yang dipanggang, dicampur dengan air, dan sedikit rempah-rempah.
Cokelat mulai dikenal di daratan Eropa pada masa imperialisme awal (tahun 1500-an), walaupun ketika Christopher Columbus membawa biji cokelat ke Eropa untuk pertama kali pada tahun 1502, mereka tidak tahu sama sekali kegunaan cokelat dan cokelat menjadi komoditi yang diabaikan.Ketika Hernan Cortez, seorang Jenderal dari Spanyol berhasil menaklukkan bangsa Aztec pada tahun 1519, ia mencicipi minuman cokelat untuk pertama kalinya. Kemudian menulis surat pada Raja Spanyol Charles V bahwa, “Minuman ini adalah minuman yang berharga, yang dapat membangkitkan semangat untuk bertempur dan tetap siaga. Satu cangkir minuman ini mampu membuat manusia bertahan satu hari tanpa makanan”.
Akhirnya Cortez kembali ke Eropa dan mengisi penuh kapalnya dengan biji coklat dan peralatan lengkap untuk membuat minuman ini. Sejak saat itu, manfaat cokelat tersebar ke berbagai negara Eropa seperti Spanyol, Perancis, dan Inggris, dan sebagian kawasan Amerika Utara. Tahun 1631, racikan minuman coklat yang pertama terbit di Spanyol, hasil kreasi Antonio Colmenero de Ledesma.
Ia adalah seorang dokter dari Andalusia dan selama ia mengunjungi Hindia Barat ia menaruh perhatian pada aspek diet dan efek psikologis dari minuman cokelat ini. Ia menyatakan, “Cokelat itu menyehatkan. Minuman ini membuat peminumnya “gemuk dan dapat meningkatkan konsentasi berpikir”.
Untuk wanita, minuman ini juga dapat meningkatkan kesuburan dan mempercepat proses pemulihan setelah melahirkan. Pada tahun 1640-an, minuman coklat mulai dicampur dengan gula dan menjadi minuman yang populer dikalangan orang-orang kaya di Spanyol. Ketika salah satu anggota keluarga kerajaan Spanyol menikah dengan keluarga kerajaan Inggris, cokelat menjadi mas kawin. Pembuat coklat kerajaan pun ditunjuk secara khusus dan popularitas cokelat semakin melesat.
Pada pertengahan abad ke-17, cokelat dinikmati dan menjadi popular di Inggris. Khususnya setelah Jamaika memberikan akses produksi biji cokelatnya kepada negara Inggris. Setelah cokelat diproduksi di Inggris, cokelat menjadi hidangan penutup setelah makan malam dan susu menjadi campuran tambahannya. Menginjak tahun 1656, hot chocolate telah menjadi jenis minuman eksotik di sepanjang wilayah Eropa. Queen’s Land Coffee House di Oxford, sudah mulai menyajikan minuman cokelat dan kopi pada tahun 1656 hingga abad 21 sekarang.
Perusahaan periklanan pemerintah disana pun membuat catatan bahwa, “Di Queen’s Head Alley, ada minuman terbaik dari Hindia Barat yang disebut hot chocolate, dijual, dan mudah dalam penyajiannya.”
Resep Paling Sederhana dari Cokelat
Resep minuman yang telah berumur ribuan tahun ini, mulai tersebar ke seluruh dunia. Kita mulai menggemari cokelat. Kemudahan-kemudahannya tidak hanya karena bahan baku cokelat yang makin gampang diperoleh, tapi juga karena resep ini adalah resep paling sederhana untuk menikmati cokelat.Resep hot chocolate pertama kali dibuat oleh suku Maya di Amerika Selatan.
Mereka membuat hot chocolate ini dari campuran biji cokelat yang telah ditumbuk halus, rhubarb (sejenis tumbuhan umbi-umbian), kemudian dicampur dengan air, madu, dan rempah-rempah, seperti kayu manis, cabe, dan vanilla. Dalam penyebaran biji cokelat ke daratan Meksiko, orang-orang yang tinggal di pusat dan wilayah selatan Meksiko, akhirnya jadi memiliki kebiasaan meminum hot chocolate dua kali dalam sehari selama setahun.
Pada hot chocolate nya ada gelembung busa (foam) yang masih terkenal hingga sekarang. Orang-orang Meksiko pun percaya bahwa ‘roh’ minuman ini ada pada foam nya. Gelembung-gelembung busa ini dibuat dengan alat dapur dari kayu yang disebut molinillo. Molinilli [moh-lee-NEE-oh], sejenis alat pengocok minuman cokelat ala meksiko. Resep hot chocolate ala Meksiko dibuat dari cokelat pahit bubuk, gula, kayu manis, garam, vanilla, telur, dan tambahan susu. Semakin banyak peminat hot chocolate di seluruh belahan dunia, resepnya menjadi semakin sederhana.
Dalam perkembangannya, pada kebanyakan restoran/kafe yang menyediakan hot chocolate, menggunakan resep yang terdiri dari cokelat bubuk siap seduh (dalam paket kemasan single), dan bisa ditambahkan susu menurut selera konsumen.
Di daerah Jakarta Selatan, BokaBuka Family Restaurant menyajikan menu hot chocolate dengan resep yang hampir sama. “Kami di sini menyajikan dua pilihan menu hot chocolate. Ada Regular Hot Chocolate dan Chocolatecinno. Regular Hot Chocolate dibuat dari susu coklat murni, dan tambahan Belcolate sekitar 4 sampai 5 keping, lalu di steam, dan dilarutkan. Dan Chocolatecinno, juga sama dari susu cokelat murni dan kepingan Belcolate serta tambahan foam dari susu murni yang putih, dan bubuhan palm sugar di atasnya,” jelas Windu, Operational Manager di BokaBuka Family Restaurant.
Tentang bahan baku cokelat dalam menu hot chocolate di tempatnya, Windu mengatakan, “Namanya, Belcolate. Ini cokelat dari Belgia. Bentuknya ada yang block/batangan, ada juga yang keping begini. Kami lebih memilih Belcolate kepingan karena dalam pemakaiannya lebih efisien. Selain itu, Belcolate kepingan lebih cepat lumer/mencair dan mudah larut daripada yang bentuknya blok. Belcolate ini adalah jenis dark chocolate. Mengandung kadar gula yang rendah. Rasanya memang tidak terlalu manis.”
Jika suatu saat Anda menikmati hot chocolate sendirian, hidangan minuman ini bisa menjadi sahabat dekat yang manis, menyenangkan, dan membuat pikiran kita menjadi lebih tenang. Kalau tidak percaya, silahkan mencoba.
(Tulisan ini telah dimuat di sebuah majalah Food & Life Style yang berkantor di Jakarta)
Writer : Ayu N. Andini
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment