Saturday, September 30, 2006
Pasar Legendaris dari Tanah Batavia
Sejak dahulu hingga sekarang, Pasar Tanah Abang bagaikan pasar legendaris dari Batavia. Pusat keramaian ini tak hanya menjadi lokasi favorit bagi para pedagang untuk berniaga, melainkan juga sebagai tempat belanja yang banyak didatangi para pembeli dari segala penjuru dunia dan tanah air sendiri. Selain karena barang-barangnya tersedia dalam banyak pilihan, Pasar Tanah Abang pun terkenal karena harga-harga barangnya yang murah dengan kualitas yang tak kalah bagus dengan tempat lainnya.
Pasar Tanah Abang, nama yang telah dikenal sejak tahun 1735-an. Ketika Justinus Vinck, seorang Belanda pemilik tanah di daerah Tanah Abang, mendirikan pasar di atas tanah miliknya ini. Keramaian di Pasar Tanah Abang tempo dulu, adalah berkat jalur Kali Krukut. Kali yang mengalir dekat Tanah Abang itu, ramai dikunjungi perahu para pedagang yang menjual maupun membeli barang di Pasar Tanah Abang.
Menurut catatan sejarah, menjelang akhir abad ke-19 Tanah Abang mulai ramai dihuni oleh etnis Timur Tengah. Hingga tahun 1920 jumlah etnis Arab di kawasan Tanah Abang mencapai sekitar 13.000 orang. Berdirinya Pasar Tanah Abang tidak lepas dari sejarah lahirnya kampung-kampung tua di Jakarta. Nama pasar ini dulunya adalah nama sebuah wilayah yang disebut Kampung Tanah Abang. Wilayah Tanah Abang sekarang meliputi Kelurahan Kampung Bali, Kebon Kacang, dan Kebon Melati. Akan tetapi yang menjadi inti kampung Tanah Abang sekarang, yaitu daerah di sekeliling pasar Tanah Abang itu sendiri.
Pada tahun 1970-an Pasar Tanah Abang dibangun hampir
bersamaan dengan dibangunnya Pasar Senen. Kedua pasar ini dulunya
dijadikan pusat perdagangan utama. Perkembangan kedua pasar inilah
yang tidak disia-siakan oleh pedagang dari Sumatera Barat. Bahkan selanjutnya
kedua pasar ini dikenal pula sebagai pusatnya urang awak mengadu
peruntungan di kota Jakarta.
Perkembangan penduduk makin pesat. Apalagi setelah arus urbanisasi
mengalir lancar dari daerah-daerah lain di Indonesia. Pasar Tanah Abang
pun tak luput dari incaran pendatang untuk mengadu nasib. Makin maraknya pedagang etnis Cina di Pasar Tanah Abang,berawal setelah peremajaan pasar itu diresmikan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada tahun 1975.
Pasar Tanah Abang Zaman Sekarang
Dari waktu ke waktu, tempat ini berkembang menjadi sebuah tempat berkonsep layanan yang mempertahankan nilai-nilai tradisional dan diperkaya dengan pilihan lokasi yang telah modern.
Transaksi jual beli, terjadi layaknya pasar-pasar tradisional lain. Tawar menawar harga, adalah peristiwa rutin yang terbiasa ada di tempat ini. Kelebihan yang ada di Pasar Tanah Abang sekarang adalah, pengunjungnya tak perlu repot-repot membersihkan sandalnya dari tanah merah yang becek menempel di dasar sandal (seperti pada 300-an tahun yang lalu ketika Pasar Tanah Abang baru dibuka), atau repot-repot membawa kipas tangan jika hawa menjadi panas dan gerah. Pengunjung juga tak perlu selalu cemas takut dicopet karena membawa dompet yang gemuk berisi uang tunai. Kini, keamanannya terjamin. Transaksi pembayaran di beberapa los-nya pun, sudah dapat menggunakan fasilitas kartu kredit.
Sekarang, Pasar Tanah Abang menyediakan fasilitas yang dihadirkan demi kenyamanan para pembelinya. Pasca peristiwa kebakaran pada tahun 2002 lalu, tempat ini telah dipugar dan beberapa pedagangnya direlokasi ke dalam sebuah gedung megah, bertingkat 18. Tempat ini dikenal sebagai Blok A, Pasar Tanah Abang.
Pasar Tanah Abang telah berubah wajah. Di bangunan seluas 151.202 meter persegi ini terdapat 149 unit eskalator, 4 unit passenger lift (capsule), 4 unit passenger lift biasa, 8 unit lift barang (kapasitas 1.000 dan 2.000 kilogram), dan fasilitas AC central. Setiap kios memiliki satu line telepon, serta sejumlah fasiltas lainnya. Lahan parkir yang tersedia mampu menampung hingga 2000 mobil. Setidaknya, fasilitas ini dapat mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas di area Tanah Abang.
Ciri khas Blok A-Pasar Tanah Abang sebagai pusat grosir tekstil dan garmen, khususnya busana muslim, tidak lantas hilang. Los-los yang menghuni Blok A, memang diprioritaskan bagi para pedagang tekstil. Dari Pintu Utama Lt. semi basement 2, pengunjung akan disuguhi pemandangan aneka warna dan corak kain/tekstil yang tersusun rapi. Penerangan yang ada di dalam ruangan gedung, menambah indah kombinasi warna yang muncul dari pajangan-pajangan produk yang dijual di deretan los di sana.
Pusat Grosir Tekstil
Popularitas Pasar Tanah Abang, hingga sekarang tercatat sebagai lokasi pusat grosir tekstil. Semua orang yang pernah membeli bahan tekstil di Pasar Tanah Abang dengan pilihan aneka corak menarik dan harganya yang relatif terjangkau oleh semua kalangan, pasti akan menunjuk tempat ini sebagai tempat favorit untuk berbelanja tekstil di Jakarta.
Dari mulai produk-produk lokal hingga tekstil bahan import, ada di tempat ini. Harga dan coraknya juga sangat variatif. Seperti yang tersedia di los tekstil milik Cahyadi. Ia menuturkan, “Kami jual macam-macam bahan tekstil. Dari mulai bahan border buatan Bandung, sampai ke bahan tekstil buatan Italia. Harganya juga banyak macam. Malah, untuk produk lokal, kami letakkan di tempat yang mudah dijangkau, supaya pembelinya mudah memilih. Itu, di deretan paling depan, ada bahan brokat buatan Bandung, harganya Rp 10.000,- s/d Rp 12.000,- per meternya. Murah.”
Ada beberapa jenis bahan yang disebutkannya sebagai tekstil import buatan Italia, Korea, Tiongkok, bahkan bahan wol dari Inggris. Harganya mulai dari Rp 80.000,- s/d Rp 500.000,- per meter.
Cahyadi telah berkecimpung di bisnis tekstil sejak 20 tahun yang lalu hingga sekarang. Dulunya, ia adalah salah satu pedagang yang mengisi los di Blok D Pasar Tanah Abang. Sejak bagunan Blok A didirikan dan dibuka, ia memutuskan untuk memilih lokasi berniaganya di tempat ini. Ia berpendapat, “Gedung Blok A ini baru jadi sekitar satu tahun yang lalu. Nah, kami pindah ke sini, baru 8 bulan. Tempat ini lumayan. Nyaman, enak, punya AC, punya fasilitas yang cukup. Keamanannya juga bagus.”
Dari semua los tekstil, kami singgah di sebuah los yang menjual berbagai kain dan sarung khas Indonesia. “Kami disini, menjual kain Songket Palembang, kain Batik sutera Pekalongan, dan Batik Cirebon,” papar Wiwin, pemilik los ini.
Dari penuturannya, pembelinya datang dari berbagai pelosok tanah air dan mancanegara. Peminat kain songket Palembang, dan berbagai kain Batik di tempat ini, cukup banyak. Bahkan beberapa kali mereka kedatangan pembeli dari Brazil. “Biasanya, pengunjung yang datang ke sini memang membeli kain kami untuk oleh-oleh,” ungkap Wiwin.
Untuk kain Songket Palembang, yang paling diminati adalah coraknya yang disebut Limar Kandang dan Cantik Manis. “Dua corak ini memang banyak peminatnya,” ucapnya mempertegas.
Tentang harga kain, Wiwin menjelaskan, “Kalau harga jual satuan, satu lembar kain songket, sekitar Rp 900.000,-. Dan kalau untuk grosir, kami jual sekitar Rp700.000,- per lembarnya. Sedangkan harga satu kodi untuk kain Batik Pekalongan, sekitar Rp2.800.000,- per set. Jadi, untuk memperoleh satu set (selendang dan kain Batik Pekalongan), harganya relatif murah. Cuma Rp140.000,-.”
Agak masuk ke dalam deretan los, ada salah satunya yang menjual bahan sprei. Di gerainya, terpapar berhelai-helai kain bercorak warna warni, menarik perhatian pengunjung. Uniknya, gerai tempat Arif menjual aneka kain bercorak ini, menyediakan layanan plus. “Bahan sprei ini kami jual dengan kisaran harga Rp 17.000,- s/d Rp 20.000 per meter. Kalau pembeli ingin langsung dibuatkan satu set sprei beserta sarung bantal dan gulingnya, di tempat kami juga bisa. Ongkos pembuatan utk satu set sprei ukuran double, hanya butuh Rp 40.000,-. Sekarang pesan, besok bisa langsung diambil,” ungkap Arif, pemilik los ini. Ia telah berniaga di Pasar Tanah Abang sejak tahun 1985.
Pasar Tanah Abang, hadir di Indonesia bukan cuma sebagai tempat berbelanja. Di dalamnya, pengunjung bisa mendapatkan lebih dari itu. Tempat ini dikunjungi oleh lebih dari 2 juta orang pada setiap bulan puasa (bulan Ramadhan) dalam setiap tahunnya.
Wisata belanja yang kali ini kita kunjungi bukanlah pasar sembarang pasar. Ini, Pasar Tanah Abang, tempat berkumpulnya berbagai etnis pedagang dan pembelinya. Ini, Pasar Tanah Abang. Batavia punya legenda. Pasar tua yang telah berumur 300 tahun lebih. Tak lekang dimakan zaman.
(Tulisan ini telah dimuat di sebuah majalah pariwisata yang berkantor di Jakarta)
Writer: Ayu N. Andini
Pasar Tanah Abang, nama yang telah dikenal sejak tahun 1735-an. Ketika Justinus Vinck, seorang Belanda pemilik tanah di daerah Tanah Abang, mendirikan pasar di atas tanah miliknya ini. Keramaian di Pasar Tanah Abang tempo dulu, adalah berkat jalur Kali Krukut. Kali yang mengalir dekat Tanah Abang itu, ramai dikunjungi perahu para pedagang yang menjual maupun membeli barang di Pasar Tanah Abang.
Menurut catatan sejarah, menjelang akhir abad ke-19 Tanah Abang mulai ramai dihuni oleh etnis Timur Tengah. Hingga tahun 1920 jumlah etnis Arab di kawasan Tanah Abang mencapai sekitar 13.000 orang. Berdirinya Pasar Tanah Abang tidak lepas dari sejarah lahirnya kampung-kampung tua di Jakarta. Nama pasar ini dulunya adalah nama sebuah wilayah yang disebut Kampung Tanah Abang. Wilayah Tanah Abang sekarang meliputi Kelurahan Kampung Bali, Kebon Kacang, dan Kebon Melati. Akan tetapi yang menjadi inti kampung Tanah Abang sekarang, yaitu daerah di sekeliling pasar Tanah Abang itu sendiri.
Pada tahun 1970-an Pasar Tanah Abang dibangun hampir
bersamaan dengan dibangunnya Pasar Senen. Kedua pasar ini dulunya
dijadikan pusat perdagangan utama. Perkembangan kedua pasar inilah
yang tidak disia-siakan oleh pedagang dari Sumatera Barat. Bahkan selanjutnya
kedua pasar ini dikenal pula sebagai pusatnya urang awak mengadu
peruntungan di kota Jakarta.
Perkembangan penduduk makin pesat. Apalagi setelah arus urbanisasi
mengalir lancar dari daerah-daerah lain di Indonesia. Pasar Tanah Abang
pun tak luput dari incaran pendatang untuk mengadu nasib. Makin maraknya pedagang etnis Cina di Pasar Tanah Abang,berawal setelah peremajaan pasar itu diresmikan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada tahun 1975.
Pasar Tanah Abang Zaman Sekarang
Dari waktu ke waktu, tempat ini berkembang menjadi sebuah tempat berkonsep layanan yang mempertahankan nilai-nilai tradisional dan diperkaya dengan pilihan lokasi yang telah modern.
Transaksi jual beli, terjadi layaknya pasar-pasar tradisional lain. Tawar menawar harga, adalah peristiwa rutin yang terbiasa ada di tempat ini. Kelebihan yang ada di Pasar Tanah Abang sekarang adalah, pengunjungnya tak perlu repot-repot membersihkan sandalnya dari tanah merah yang becek menempel di dasar sandal (seperti pada 300-an tahun yang lalu ketika Pasar Tanah Abang baru dibuka), atau repot-repot membawa kipas tangan jika hawa menjadi panas dan gerah. Pengunjung juga tak perlu selalu cemas takut dicopet karena membawa dompet yang gemuk berisi uang tunai. Kini, keamanannya terjamin. Transaksi pembayaran di beberapa los-nya pun, sudah dapat menggunakan fasilitas kartu kredit.
Sekarang, Pasar Tanah Abang menyediakan fasilitas yang dihadirkan demi kenyamanan para pembelinya. Pasca peristiwa kebakaran pada tahun 2002 lalu, tempat ini telah dipugar dan beberapa pedagangnya direlokasi ke dalam sebuah gedung megah, bertingkat 18. Tempat ini dikenal sebagai Blok A, Pasar Tanah Abang.
Pasar Tanah Abang telah berubah wajah. Di bangunan seluas 151.202 meter persegi ini terdapat 149 unit eskalator, 4 unit passenger lift (capsule), 4 unit passenger lift biasa, 8 unit lift barang (kapasitas 1.000 dan 2.000 kilogram), dan fasilitas AC central. Setiap kios memiliki satu line telepon, serta sejumlah fasiltas lainnya. Lahan parkir yang tersedia mampu menampung hingga 2000 mobil. Setidaknya, fasilitas ini dapat mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas di area Tanah Abang.
Ciri khas Blok A-Pasar Tanah Abang sebagai pusat grosir tekstil dan garmen, khususnya busana muslim, tidak lantas hilang. Los-los yang menghuni Blok A, memang diprioritaskan bagi para pedagang tekstil. Dari Pintu Utama Lt. semi basement 2, pengunjung akan disuguhi pemandangan aneka warna dan corak kain/tekstil yang tersusun rapi. Penerangan yang ada di dalam ruangan gedung, menambah indah kombinasi warna yang muncul dari pajangan-pajangan produk yang dijual di deretan los di sana.
Pusat Grosir Tekstil
Popularitas Pasar Tanah Abang, hingga sekarang tercatat sebagai lokasi pusat grosir tekstil. Semua orang yang pernah membeli bahan tekstil di Pasar Tanah Abang dengan pilihan aneka corak menarik dan harganya yang relatif terjangkau oleh semua kalangan, pasti akan menunjuk tempat ini sebagai tempat favorit untuk berbelanja tekstil di Jakarta.
Dari mulai produk-produk lokal hingga tekstil bahan import, ada di tempat ini. Harga dan coraknya juga sangat variatif. Seperti yang tersedia di los tekstil milik Cahyadi. Ia menuturkan, “Kami jual macam-macam bahan tekstil. Dari mulai bahan border buatan Bandung, sampai ke bahan tekstil buatan Italia. Harganya juga banyak macam. Malah, untuk produk lokal, kami letakkan di tempat yang mudah dijangkau, supaya pembelinya mudah memilih. Itu, di deretan paling depan, ada bahan brokat buatan Bandung, harganya Rp 10.000,- s/d Rp 12.000,- per meternya. Murah.”
Ada beberapa jenis bahan yang disebutkannya sebagai tekstil import buatan Italia, Korea, Tiongkok, bahkan bahan wol dari Inggris. Harganya mulai dari Rp 80.000,- s/d Rp 500.000,- per meter.
Cahyadi telah berkecimpung di bisnis tekstil sejak 20 tahun yang lalu hingga sekarang. Dulunya, ia adalah salah satu pedagang yang mengisi los di Blok D Pasar Tanah Abang. Sejak bagunan Blok A didirikan dan dibuka, ia memutuskan untuk memilih lokasi berniaganya di tempat ini. Ia berpendapat, “Gedung Blok A ini baru jadi sekitar satu tahun yang lalu. Nah, kami pindah ke sini, baru 8 bulan. Tempat ini lumayan. Nyaman, enak, punya AC, punya fasilitas yang cukup. Keamanannya juga bagus.”
Dari semua los tekstil, kami singgah di sebuah los yang menjual berbagai kain dan sarung khas Indonesia. “Kami disini, menjual kain Songket Palembang, kain Batik sutera Pekalongan, dan Batik Cirebon,” papar Wiwin, pemilik los ini.
Dari penuturannya, pembelinya datang dari berbagai pelosok tanah air dan mancanegara. Peminat kain songket Palembang, dan berbagai kain Batik di tempat ini, cukup banyak. Bahkan beberapa kali mereka kedatangan pembeli dari Brazil. “Biasanya, pengunjung yang datang ke sini memang membeli kain kami untuk oleh-oleh,” ungkap Wiwin.
Untuk kain Songket Palembang, yang paling diminati adalah coraknya yang disebut Limar Kandang dan Cantik Manis. “Dua corak ini memang banyak peminatnya,” ucapnya mempertegas.
Tentang harga kain, Wiwin menjelaskan, “Kalau harga jual satuan, satu lembar kain songket, sekitar Rp 900.000,-. Dan kalau untuk grosir, kami jual sekitar Rp700.000,- per lembarnya. Sedangkan harga satu kodi untuk kain Batik Pekalongan, sekitar Rp2.800.000,- per set. Jadi, untuk memperoleh satu set (selendang dan kain Batik Pekalongan), harganya relatif murah. Cuma Rp140.000,-.”
Agak masuk ke dalam deretan los, ada salah satunya yang menjual bahan sprei. Di gerainya, terpapar berhelai-helai kain bercorak warna warni, menarik perhatian pengunjung. Uniknya, gerai tempat Arif menjual aneka kain bercorak ini, menyediakan layanan plus. “Bahan sprei ini kami jual dengan kisaran harga Rp 17.000,- s/d Rp 20.000 per meter. Kalau pembeli ingin langsung dibuatkan satu set sprei beserta sarung bantal dan gulingnya, di tempat kami juga bisa. Ongkos pembuatan utk satu set sprei ukuran double, hanya butuh Rp 40.000,-. Sekarang pesan, besok bisa langsung diambil,” ungkap Arif, pemilik los ini. Ia telah berniaga di Pasar Tanah Abang sejak tahun 1985.
Pasar Tanah Abang, hadir di Indonesia bukan cuma sebagai tempat berbelanja. Di dalamnya, pengunjung bisa mendapatkan lebih dari itu. Tempat ini dikunjungi oleh lebih dari 2 juta orang pada setiap bulan puasa (bulan Ramadhan) dalam setiap tahunnya.
Wisata belanja yang kali ini kita kunjungi bukanlah pasar sembarang pasar. Ini, Pasar Tanah Abang, tempat berkumpulnya berbagai etnis pedagang dan pembelinya. Ini, Pasar Tanah Abang. Batavia punya legenda. Pasar tua yang telah berumur 300 tahun lebih. Tak lekang dimakan zaman.
(Tulisan ini telah dimuat di sebuah majalah pariwisata yang berkantor di Jakarta)
Writer: Ayu N. Andini