Wednesday, August 23, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Mimpinya seperti gelembung-gelembung udara yang naik ke awan. Lalu pecah, airnya tumpah jadi gerimis kecil. Kembang-kembang rambutan yang tadinya akan menjadi buah, rontok dipukul angin. Semua cahaya terang, pergi mendadak karena terusir awan gelap yang menggantung di bibir langit. Apel hijau yang segar itu jadi kisut, menciut tersiram hujan dan dipeluk dingin sepanjang malam. Yang lestari, cuma bahasa. Bukan cinta.
Mimpinya seperti gelembung-gelembung udara yang naik ke awan. Lalu pecah, airnya tumpah jadi gerimis kecil. Kembang-kembang rambutan yang tadinya akan menjadi buah, rontok dipukul angin. Semua cahaya terang, pergi mendadak karena terusir awan gelap yang menggantung di bibir langit. Apel hijau yang segar itu jadi kisut, menciut tersiram hujan dan dipeluk dingin sepanjang malam. Yang lestari, cuma bahasa. Bukan cinta.
No comments:
Post a Comment