
Pria ini salah satu buruh angkut di Pasar Wringin Anom, Wonosobo. Dibibirnya terselip rokok kemenyan. Pagi itu, jam masih menunjukkan pukul 06.00. Tapi punggungnya sudah mengusung berkarung-karung kentang dari tanah Dieng.
Photo by Ayu N. Andini
Mimpinya seperti gelembung-gelembung udara yang naik ke awan. Lalu pecah, airnya tumpah jadi gerimis kecil. Kembang-kembang rambutan yang tadinya akan menjadi buah, rontok dipukul angin. Semua cahaya terang, pergi mendadak karena terusir awan gelap yang menggantung di bibir langit. Apel hijau yang segar itu jadi kisut, menciut tersiram hujan dan dipeluk dingin sepanjang malam. Yang lestari, cuma bahasa. Bukan cinta.
Mimpinya seperti gelembung-gelembung udara yang naik ke awan. Lalu pecah, airnya tumpah jadi gerimis kecil. Kembang-kembang rambutan yang tadinya akan menjadi buah, rontok dipukul angin. Semua cahaya terang, pergi mendadak karena terusir awan gelap yang menggantung di bibir langit. Apel hijau yang segar itu jadi kisut, menciut tersiram hujan dan dipeluk dingin sepanjang malam. Yang lestari, cuma bahasa. Bukan cinta.
No comments:
Post a Comment